Pengamat: Ada 3 Kelompok yang Bermain di Keributan Toa Gus Yaqut, PKB dan NU yang Kalah Muktamar Disebut-sebu
KARAWANG- Pengamat politik Islam dan Timur Tengah Alto Luger memaparkan ada yang bermain di keributan toa Menteri Agama Gus Yaqut. Melalui beberapa tweetnya ia mensinyalir paling tidak ada 3 kelompak yang memainkan isu itu. Dengan target politik yang berbeda-beda. Alto pernah sepuluh tahun tinggal di Timur Tengah. Secara intensif, selama tiga tahun tinggal di beberapa daerah yang dikuasai oleh ISIS di Syiria. Termasuk di Aleppo. “Saya juga pernah berada pada jarak 700 meter dengan wilayah yang dikuasai ISIS,†katanya dalam sebuah kesempatan. Terkait politik Toa, Alto menggais bawahi, menurutnya gampang mencari siapa dan pihak mana yang ikut memainkan isu itu. "Menurut saya, sebenarnya cukup mudah memetakan kelompok-kelompok yang mengorkestrasi kehebohan pasca pernyataan GusMen Yaqut Cholil Qoumas tentang pengaturan penggunaan toa dalam kegiatan keagamaan,†cuitnya. “ Secara substansi, pernyataan GusMen tidak ada masalah, karena memang aturan-aturan tentang bunyi dan suara itu sudah banyak di Indonesia, baik yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup maupun oleh Kementerian Agama sendiri,†ungkapanya lagi. Tapi, sambungnya, ada kepentingan dari kelompok-kelompok ini untuk menjadikan pernyataan GusMen sebagai trigger untuk mencapai tujuan mereka, dan arahnya hanya satu: Kekuasaan di 2024. Kelompok pertama, katanya, adalah kelompok yang berasal dari persaingan atau ketakutan atas persaingan di PKB. “ Suka atau tidak, Gus Yaqut adalah figur muda yang kepopulerannya saat ini melebihi Ketum PKB yang juga Wakil Ketua DPR, Muhaimin Iskandar. Kelompok inilah yang punya kepentingan untuk memanfaatkan pernyataan GusMen untuk menekan ketidakpopuleran pernyataan inkonstitusional Cak Imin, sekaligus diharapkan bisa menyingkirkan GusMen dari persaingan menuju 2024,†paparnya. NU yang Kalah Muktamar Kelompok Kedua, tambahnya, adalah kelompok residu Muktamar NU 2021 lalu yang belum bisa move on karena kemenangan Yai Yahya Cholil Staquf sebagai Ketum PBNU 2022 - 2027. “ Ini adalah kelompok politik yang menganggap GusMen dan Yai Yahya sebagai satu paket yang punya kekuatan besar dan potensial dalam mempengaruhi arah politik Indonesia menuju 2024 nanti. Dengan terpilihnya Yai Yahya dengan 61% suara otomatis membuat peta politik menuju 2024 menjadi berubah. Kelompok ini melihat bahwa kekuatan pendukung Yai solid dan sulit ditembus, maka yang akan djadikan sasaran tembak untuk mendegradasi figur dan ketokohan beliau yaitu GusMen,†paparnya. “ Karena GusMen n Yai dianggap sebagai DUET REMBANG yang tidak terpisahkan maka dengan melakukan "kampanye pembusukan" terhadap GusMen maka mereka berharap posisi Yai pun bisa digoyang, militansi n kepatuhan NU bisa dipecahkan, sehingga arah politik NU di 2024 bisa dikapitalisasi,†tambahnya. Bagi kelompok ini, sambung dia,  jatuhnya GusMen akan mampu mendegradasi kepercayaan masyarakat, khususnya di kalangan NU terhadap kepemimpinan Yai, dan jika itu terjadi maka mereka bisa masuk sebagai penyelamat, tentu dengan negosiasi yang hasilnya bisa mereka atur. Sementara kelompok ketiga adalah kelompok klasik, para oportunis sekaligus pemain politik identitas. Mereka akan selalu 'bandwagoning' dan semua isu dan event yang beririsan dengan politik indentitas. “ Tujuan mereka hanya satu: dianggap signifikan dalam politik transaksional dan pragmatis sehingga menghasilkan uang bagi mereka dan kelompoknya dengan cara membodohi orang-orang yang gampang dan suka dibodohin,†pungkasnya. (shn)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: